Selasa, 18 Februari 2014

Laporan Resmi Geologi Dasar 1


BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Di bumi ini terdapat banyak sekali macam-macam dan jenis batuan. Di Indonesia. Pengetahuan tentang bumi sampai saat ini telah memberikan kesimpulan bahwa dimasa lampau, bumi pernah mengalami keadaan cair pijar dimana pada bagian terluar telah membeku atau mengkristal menjadi kerak bumi. Sementara dibagian lain yang lebih dalam, proses pemadatannya lebih lambat dan akan terus mencari keseimbangan dalam bentuk penerobosan-penerobosan magma dengan diiringi gejala yang bersifat tektonik. Oleh karena kondisi pembentukannya yang beraneka ragam, mengakibatkan kerak bumi terdiri dari bermacam-macam batuan berdasarkan sifat dan komposisinya.
Hampir di seluruh pelosok negeri ini terdapat berbagai macam batuan. batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf adalah contohnya. Berikut penjelasan batuan beku, sedimen, dan metamorf:
·          Batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan vulkanik dan plutonik.
·          Batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
·          Batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan asal yaitu batuan sedimen atau batuan beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari perubahan suhu, tekanan, atau keduanya).

Oleh karena itu AKAMIGAS Balongan mengadakan Praktikum Geologi Dasar mengenai batuan untuk menambah wawasan Mahasiswa dan Mahasiswi Program Studi Teknik Perminyakan Akamigas Balongan.
1.2        Tujuan
1.2.1      Tujuan Umum
1.     Sebagai syarat kelulusan yang diajukan kampus.
2.     Memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Dasar.
3.     Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di perkuliahan dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis batuan.
4.     Melatih Mahasiswa dalam kegiatan praktikum.
5.     Melatih dalam membuat laporan resmi.
6.     Mengetahui berbagai jenis batuan.
7.     Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman para Mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu geologi baik itu secara teoritis maupun praktek.
1.2.2      Tujuan Khusus
1.     Mengenal berbagai jenis batuan beku.
2.     Mengetahui sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh batuan beku.
3.     Mengetahui macam-macam struktur, warna dan tekstur batuan beku.
4.     Mengetahui bentuk batuan beku.
5.     Mengetahui macam-macam batuan sedimen.
6.     Mengklasifikasikan jenis batuan sedimen berdasarkan kondisi fisik batuan.
7.     Mendeskripsikan batuan berdasarkan struktur, tekstur, komposisi mineral batuan sedimen.
8.     Mengetahui perbedaan batuan sedimen dengan batuan beku dan batuan metamorf.
9.     Mendeskripsikan bagaimana materi penyusun batuan sedimen.
10.     Mengetahui macam-macam jenis batuan metamorf.
11.     Mengetahui nama batuan metamorf berdasarkan kondisi fisik batuan.

1.3        Manfaat
1.3.1      Manfaat Khusus
1.     Mengetahui jenis batuan beserta dengan klasifikasinya.
2.     Menambah pengetahuan kita khusunya di bidang ilmu Geologi
3.     Memenuhi  nilai praktikum Mata Kuliah Geologi Dasar.
4.     Mencapai  salah satu syarat kelulusan di semester I ini.
5.     Memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Dasar.
6.     Mengetahui jenis batuan beserta dengan klasifikasinya.
7.     Mengidentifikasi sifat-sifat fisis batuan.
8.     Mendeskripsikan macam-macam batuan.
9.     Membedakan antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
10.  Mendeskripsikan bagaimana materi penyusun batuan.
11.  Mengetahui nama batuan berdasarkan kondisi fisik batuan.
1.4        Ruang Lingkup          
Laporan ini berjudul “LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI  DASAR 2013”. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktikum dari Mata Kuliah Geologi Dasar .
Praktikum ini diikuti oleh Mahasiswa dan Mahasiswi Semester I, yang terdiri dari kelas Teknik Perminyakan A, Teknik Perminyakan B, Teknik Perminyakan C, Teknik Perminyakan D dan Teknik Perminyakan E.
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 25 November 2013 sampai dengan 13 Desember 2013. Pada hari Jum’at, tanggal 11 Desember 2012, kemudian Praktikum dimulai pada hari Senin, tanggal 9 Desember 2013 mengenai Batuan Beku, kemudian pada hari Rabu, pada tanggal 11 Desember 2013 melakukan praktikum kedua mengenai Batuan Sedimen dan pada hari Jumat, tanggal 13 Desember 2013 mengenai Batuan Metamorf. Semua kegiatan Praktikum Geologi Dasar  ini diadakan di Kampus I Jalan Jendral Soedirman no.17 Indramayu.
Praktikum Geologi Dasar  dilaksanakan di laboratorium Kampus I Akamigas Balongan, serta dibimbing oleh Asisten Praktikum Geologi Dasar serta bantuan dari teman sekelompok. Diadakannya praktikum Geologi Dasar  ini untuk memberikan pengetahuan dan pembelajaran tentang penerapan ilmu bagi Mahasiswa dan Mahasiswi Akamigas Balongan.
Dalam laporan ini, pada BAB I membahas tentang Pendahuluan, lalu pada BAB II membahas tentang Dasar Teori, lalu pada BAB III membahas tentang Metode Penelitian, lalu pada BAB IV membahas tentang Batuan Beku, lalu pada BAB V membahas tentang Batuan Sedimen, lalu pada  BAB VI membahas tentang Batuan Metamorf, lalu pada BAB VII membahas tentang Penutup.
Praktikum ini berjalan dengan lancar karena dibimbing oleh Dosen Mata Kuliah Geologi Dasar dan Asisten Praktikum Geologi Dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI
Batuan adalah sebuah material yang terbentuk melalui beberapa faktor, diantaranya karena perubahan mineral dari suatu batuan tersebut, baik oleh proses fisik dan kimiawi.
Bumi kita terdiri dari lapisan-lapisan penyusun yang sangat banyak variasi material yang membentuknya, bumi kita yang terbentuk dari sebuah bola gas panas yang kemudian diberikan gaya tekan dari luar ditambah dengan reaksi pembekuan secara bersamaan, proses ini berlangsung lama dan panjang sehingga pada akhirnya terciptalah bumi kita yang terdiri dari banyak mineral yang membentuknya dan kali ini kita akan berfokus pada batuan. Dari berbagai proses pembentukan bumi dan berbagai peristiwa yang terjadi pada bumi itulah banyak membentuk berbagai jenis batuan-batuan yang ada saat ini. Batuan terbagi atas tiga jenis, yaitu :
1.      Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena adanya pembekuan material di dalam perut bumi (magma) dan di luar pemukaan bumi (lava). Tercampur dengan material lain yang keluar bersamaan dengan material yang keluar dari perut bumi. Proses pembekuan suatu batuan beku diawali dengan membekunya magma atau lava, kemudian materi yang sudah membeku tadi mengalami transportasi batuan, itulah yang mempengaruhi bentuk-bentuk dan jenis-jenis batuan beku.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar, sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas. Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma) oleh N.L. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series dan dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui  karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku.
Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku terbagi atas tiga jenis yaitu batuan beku asam mempunyai warna cerah, batuan beku intermediate berwarna abu-abu dan batuan beku basa berwarna gelap.
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat di lapangan saja dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalam hand specimen sample antara lain masif yaitu tidak menunjukan adanya lubang-lubang atau struktur aliran. Vesikuler menunjukkan berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma, arah lubang-lubang itu teratur. Skoria adalah berlubang-lubang besar tapi arah tidak teratur. Xenolitis adalah struktur yang memperlihatkan adannya fragmen atau pemecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintruksi.
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.
Untuk menentukan komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua yaitu mineral felsik adalah yaitu yang berwarna cerah terutama  kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muscovite dan mineral mafik yaitu yang berwarna gelap terutama biotik, piroksen, amphibol dan olivine.
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F. Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500 sampai dengan 2.500°C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh N.L. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Gambar 2.1 : Batuan beku, jalur yang berwarna lebih muda menunjukkan arah aliran
(http://3.bp.blogspot.com/-9DSlg8OFuHE/T5q3arUXWxI/AAAAAAAB4/OWp9SzFE33xy /s1600/Igneous_rock_Santoroni_Greece.jpg)




1.      Jenis-jenis  Batuan Beku
Batuan beku terbagi menjadi 2, yaitu :
·          Batuan Beku Dalam 
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive.
Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisimagma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik :
Ø  Batolit
Merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batolit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya.
Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batolit antara 20 sampai dengan 30 km. Batholit tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batolit dapat mendorong batuan yang diatasnya.
Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.  
Ø  Stock
Seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batolit.
Ø  Dyke
Dyke disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batolit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
Ø  Jenjang Volkanik
Jenjang volkanik adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya. Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit
­    Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
­    Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapat tersingkat di permukaan. 
­      Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
·          Batuan Beku Luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnyamagma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption.
Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik.
Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung pada komposisi magmanya dan tempat terbentuknya. Apabilamagma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal ( pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik. Contoh batuan beku adalah batu apung, batu andesit, batu diorit, batu basal, batu dasit, batu gabro, batu granit, batu obsidian dan batu skoria.
2.    Batuan Sedimen
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.
Batuan sedimen batuan yang tejadi akibat lithifikasi dari hancuran batuan lain (destritus atau lithifikasi) dari hasil reaksi kimia tertentu. Lithifikasi adalah proses yang meliputi: kompaksi, autigenik, diagenesa, yaitu  terubahnya material batuan yang bersifat lepas (uncosolidate rock forming materials) menjadi batuan yang kompak (uncosolidate coherent rock). Batuan ini dibentuk oleh proses-proses yang terjadi di permukaan bumi, oleh Koesoemadinata (1979) telah membedakan menjadi lima golongan, antara lain golongan destritus yang terbagi atas destritus halus dan dentritus kasar. Golongan karbonat yaitu golongan ini terutama disusun oleh kelompok mineral karbonat (misal: kalsit, dolomit, aragonoit) dan cangkang-cangkang binatang karang. Golongan evaporit yaitu golongan batuan ini diberikan terhadap batu garam karena asal terjadinya disebabkan oleh proses evaporasi air laut (Koesoemadinata, 1979). Golongan sedimen silika termasuk golongan ini adalah juga batuan yang bersifat monomineralik dan umumnya tersusun oleh mineral silika, terbentuk secara sedimentasi kimiawi atau organik. Golongan batubara yaitu golongan terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat organik yang kaya akan unsur C (karbon). Umumnya terdiri dari tumbuh-tumbuhan. Termasuk jenis sedimentasi organis.
Batuan sedimen memiliki material pembentuk batuan yang bersifat lepas dan batuan ini dibentuk oleh proses-proses yang terjadi di permukaan bumi. Contoh batuan sedimen adalah batu rijang, batu tufa gelas, batu gamping, batu pasir, batu lempung, batu konglomerat, batu breksi dan batu bara

2.        Batuan Metamorf
Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150°C) dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Protholite sendiri dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf lain yang lebih tua. Syarat – syarat terjadinya metamorfisme adalah :
1.     Adanya batuan asal ( protolith )
2.     Adanya peningakatan suhu
3.     Adanya peningkatan tekanan (stresses)
4.     Adanya penambahan dan pengurangan fluida
5.     Adanya faktor waktu (jutaan tahun)
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua:
Ø  Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
Ø  Metamorfosa Kontak/Therma
Metamorfosa kontak Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. Salah satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.
Ø  Metamorfosa dinamo
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.
Ø  Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
­       Metamorfosa regional/dinamothermal Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila diikuti oleh orogenesa.
­       Metamorfosa Beban
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.
·     Mineral-mineral Penyusun Batuan Metamorf
Ø     Amphibole/Hornblende
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
Ø  Biotite
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan kuku.
Ø  Plagioclase
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
Ø  Potassium feldspar (Orthoclase)
Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
Ø     Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O).
Ø  Quartz
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
Ø  Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan ‘lime’ dari batu gamping.
·          Metasomatisme
Metasomatisme adalah perubahan kimia pada batuan oleh larutan hydrothermal yang umumnya berasosiasi dengan metamorfisme kontak dan membentuk mined deposits atau endapan yang dapat ditambang.

·          Fasies Metamorfisme
Fasies metamorfisme adalah suatu pengelompokan mineral – mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap fasies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat – sifat fisik atau kimia.
·          Struktur Batuan Metamorf
Struktur Foliasi, apabila pada batuan metamorf terlihat adanya penjajaran mineral. Struktur foliasi dibagi menjadi :
Ø  Struktur Skistose : struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
Ø  Struktur Gneisik : struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
Ø  Struktur Slatycleavage : sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
Ø  Struktur Phylitic : sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
Batuan metamorf adalah suatu batuan yang terjadi karena proses ubahan dari batuan asal oleh suatu proses metamorfose. Proses metamorfose yaitu suatu proses dimana batuan asal mengalami penambahan tekanan (P) atau temperatur (T) atau oleh kenaikan tekanan dan temperatur secara bersama-sama.
Proses metamorfose  meliputi proses rekristalisasi, reorientasi dan pembentukan  mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang sebelumnya telah ada sehingga menjadi batuan yang kompak dan terbentuk batuan yang baru.
Sifat-sifat fisik yang harus diperhatikan pada batuan metamorf antara lain tekstur pada batuan metamorf digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu kristaloblastik yaitu tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak nampak lagi) dalam pembentukan batuan beku mineral tumbuh pada suasana cair. Blastopofiritik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik. Blastoopotitik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur optik. Struktur pada batuan metamorf merupakan hubungan antara tekstur lainnya dalam hubungan batuan metamorf  mempunyai struktur foliasi.
Foliasi adalah sifat perlapisan atau berdaun, namun harus dibedakan dengan lapisan sedimen. Di sini terjadi penyusunan kristal-kristal dari mineral secara pertumbuhan dalam arah panjang pada mineral.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi. Contoh batuan metamorf adalah batu schist, batu serpentinit, batu filit, batu kalsit, batu kuarsit, batu marmer, batu mika, batu sabak, batu gypsum dan batu gneiss.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
            Dalam melaksanakan Praktikum Geologi Dasar, Mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan batuan-batuan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf, dan dapat membedakan antara ketiga batuan tersebut. Yang menjadi suatu keahlian alam bidang perminyakan.
Untuk mendukung praktikum dan kajian yang akan dilakukan, maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain:
3.1        Metode Penelitian Langsung
Dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap batuan. Berdasarkan penelitian itulah penulis mendapatkan data-data yang akan menjadi sumber dalam pembuatan laporan. Pelaksanaan praktikum merupakan tahapan pengambilan data-data batuan melalui pencatatan dari hasil objek batuan yang telah diteliti yaitu  berupa jenis, struktur, tekstur, komposisi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamof dalam Pratikum Geologi Dasar.
3.2        Metode Studi Literatur
Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku atau hand book, media cetak seperti majalah atau koran yang membahas tentang batuan, media elektronik dan internet sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan topik yang ditulis.
3.3        Metode Interview
Metode interview ini dilakukan praktikan dengan mengajukan bebrapa pertanyaan kepada Asisten Praktikum Geologi Dasar mengenai klasifikasi, sifat-sifat fisik, serta contoh-contoh batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf secara langsung selama praktikum dilaksanakan. Setelah data-data data-data yang ada dapat di konsultasikan secara langsung dari teman seangkatan, Asisten Praktikum Geologi Dasar dan Para Ahli Geologi.

BAB IV
BATUAN BEKU
4.1        Tujuan
1.     Mendeskripsikan masing-masing jenis batuan beku secara megakopis Memahami tentang materi batuan beku.
2.     Menyelidiki jenis-jenis batuan secara spesifik.
3.     Mengetahui sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh batuan beku.
4.     Mengetahui dan mempelajari penamaan batuan beku.
5.     Mengetahui tekstur batuan beku.
6.     Mengetahui struktur dan komposisi batuan beku.
7.     Mengetahui mineral-mineral yang terkandung dalam batuan beku.
4.2        Dasar Teori
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, baik di bawah permukaan (insrusif) maupun di atas permukaan (eksrusif). Cirri khas batua beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu memiliki unit-unit Kristal yang kecil yang saling mengikat satu sama lain. (Drs. Firdaus, M.Si, 2011).
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk secara langsung dari hasil pembekuan magma, baik itu dibawah permukaan bumi (intrusif) ataupun dipermukaan bumi (ekstrusif).Secara umum batuan beku memiliki cirri-ciri sebagai berikut ;Massive Maksudnya batuan tersebut memiliki struktur yang kompak dank eras. Terdiri dari paduan mineral-mineral pembentuk batuan, yaitu mineral primert (mineral utama dan mineral aksesoris). Tidak ada perlapisan Maksudnya batuan tersebut tidak menunjukkan adanya bidang perpisahan pada strukturnya. Berikut ini bentuk-bentuk badan batuan beku (Rock body) Batuan beku luar, berupa produk ekstrusif (bukit, gunung dan planteau).Batuan beku adalah merupakan kumpulan mineral-mineral silikat dari hasil penghabluran magma yang mendingin. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineralnya. Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya dari batuan beku dapat dibagi atas batuan ekstrusi dan batuan intrusi. Batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi baik di daratan maupun di bawah permukaan laut material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat atau suatu larutan yang kental dan panas yang disebut lava. Magma yang mencapai permukaan bumi melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku luar. (W.T. Huang, 1962).
Letusan gunung berapi merupakan proses yang mengagumkan. Sayangnya, (atau untungnya!) kebanyakan dari kita tidak akan pernah mengalaminya dalam hidup kita. Tapi kita mungkin memiliki kesempatan untuk melihat produk-produk dari proses vulkanik saat berpergian ke suatu negara atau hiking di hutan. Batuan vulkanik, produk padat dari letusan gunung berapi adalah kelompok batuan yang terbesar yang disebut batu beku.
Batuan beku bisa batuan kristalin atau gelas yang dibentuk oleh pendinginan dan pemadatan magma cair. Batuan beku merupakan satu dari tiga batuan lainnya, yaitu metamorf dan sedimen.
Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma, yang panasnya (600 deg.C - 1300 deg.C, atau 1100 deg - 2400 deg F..) bahan batu cair atau sebagian cair.Bumi didominasi batuan beku dan dilapisi batuan sedimen yang tipis. Sedangkan batuan sedimen dihasilkan oleh proses di permukaan bumi seperti pelapukan dan erosi, batuan beku - dan metamorf adalah batuan yang dibentuk oleh proses internal yang tidak dapat langsung diamati.
Magma dihasilkan di dalam asthenoper ( lapisan batuan cair di kerak bumi) pada kedalaman sekitar 60-100 km (40-60 mili). Karena magama kurang padat ari batuan seiktarnya, maka magma akan naik ke atas. Bisa di dalam kerak bumi, atau sampai ke permukaan akibat dari volkanik sebagai aliran lava. Batuan yang terbentuk dari pendinginan dan solidifikasi magma jauh di dalam kerak bumi (plutonik) akan berbeda dengan hasil erupsi (volkanik) karena terbentuk di dua lingkungan yang berbeda.
Di dalam kerak bumi, suhu dan tekanan lebih besar dari di permukaan, magma akan mendingin perlahan dan terkristal sempurna. Pendinginan yang lambat memacu pertumbuhan mineral yang cukup besar sehingga bisa diamati secara visual tanpa bantuan mikroskop (phaneritic, dari bahasa Yunani, phaneros=tampak). Sebaliknya, erupsi magma di permukaan akan mendingin sangat cepat sehingga mineral yang terbentuk sedikit atau tidak ada kesempatan untuk tumbuh. Hasilnya, batuan tersusun dari mineral2 yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop, (aphanitic, bahasa yunani aphanes= tak tampak) atau tidak ada mineral sedikitpun (tersusun oleh glass, sangat viscous, cairan non-kristalin).
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi. Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan SiO2, yaitu:
·          Batuan beku asam              : >66% SiO2
·          Batuan beku intermediet     : 52% -66% SiO2
·          Batuan beku basa               : 45% - 52% SiO2
·          Batuan beku ultra basa       : <45% SiO2
Struktur
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalan hand specimen sample:
·    Massif               :  Tidak menunjukan adanya lubang-lubang atau struktur
                          aliran.                     
·    Vesikuler           :  Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya  gas pada waktu pembekuan magma, arah lubang itu
                          teratur.
·    Scoria                :  Berlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
·    Amigdaloidal     :  Lubang-lubang yang terisi oleh mineral sekunder


Tekstur
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Untuk batuan beku, pengamatan tekstur meliputi:
  Derajat Kristalisasi terbagi menjadi 3, yaitu:
Ø  Holokristalin     :  Apabila batuan terdiri dari massa Kristal
                            seluruhnya.
Ø  Holohyalin         :  Apabila batuan terdiri dari massa gelas
                            seluruhnya.
Ø  Hipokrislatin     :  Apabila sebagian terdiri dari massa kristal dan
                            massa gelas.
  Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
Ø  Fanerik            :  Apabila kristal-kristalnya jelas sehingga dapat
                           dibedakan dengan mata biasa, antara lain:
-           Halus                 : Diameter <1 mm
-           Sedang              : Diameter 1 sampai 5 mm
-           Kasar                 : Diameter 5 sampai 30 mm
-           Sangat Kasar    : Diameter >30 mm
Ø  Afanitik            :  Kristal-kristal yang sangat halus sehingga
                           tidak dapat dibedakan dengan pandangan mata
                           biasa.
  Bentuk Kristal, terbagi menjadi 3, yaitu:
Ø  Euhedral          :  Apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari
                          bidang kristal.
Ø  Subhedral        :  Apabila sebagian dari batas-batas mineral sudah
                    tidak tampak lagi.
Ø  Anhedral          :  Apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang
                           kristal asli.
  Relasi terbagi menjadi 2, yaitu:
Ø  Equigranular   :  Bisa secara relative ukuran kristal pembentuk
                           batuan berukuran sama besar.
Ø  Inequigranular :  Bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama.
Komposisi Mineral
Untuk menentuka komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua:
  Mineral Felsik         :  Yaitu yang berwarna cerah terutama kwarsa,
                                  feldspar, feldspatoid dan muscovite.
  Mineral Mafik         : Yaitu yang berwarna gelap terutama biotic,
                                 piroksen, amphibol dan olivine

4.3        Alat dan Bahan
4.3.1      Alat
·          Buku Pendahuluan
·          Kamera
·          Lup
·          Mistar
·          Penghapus
·          Pensil
·          Pulpen
·          Tipe-X
4.3.2      Bahan
·          Batuan Beku Apung
·          Batuan Beku Skoria
·          Batuan Beku Obsidian
4.4        Prosedur Percobaan
1.     Menyimak beberapa penjelasan yang disampaikan oleh asisten praktikum.
2.     Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum batuan beku.
3.     Menggambar batuan pertama dan memfoto batuan tersebut.
4.     Mengukur panjang, lebar dan tinggi batuan menggunakan penggaris.
5.     Mengamati jenis batuan, warna batuan, struktur batuan, tekstur batuan (ukuran butir, derajat pemilahan dan derajat pembundaran), komposisi batuan (fragmen, matrik, semen) dan nama batuan.
6.     Menuliskan hasil identifikasi pada buku pendahuluan praktikum.
7.     Mengulangi langkah dua sampai dengan langkah enam untuk batuan kedua.
8.     Mengulangi langkah dua sampai dengan langkah enam untuk batuan ketiga.
9.     Merapihkan alat dan bahan yang telah selesai digunakan.
4.5        Hasil Pengamatan
4.5.1      Batuan Pertama
·          Nomor urut              :  1
·          Nomor batuan        :  10
·          Nama batuan         :  Batuan Beku Apung
·          Warna batuan        :  Abu-abu Cerah
·          Jenis batuan          :  Intermediet
·          Struktur batuan      :  Vesikuler
·          Tekstur                   :          
a.   Derajat kristalisasi      : Holokristalin
b.   Granularitas                : Fanerik sedang
(1-5mm)
c.   Bentuk kristal              : Anhedral
d.   Relasi                          : Equigranular
·          Komposisi              :  Mineral Felsik > Mineral Mafik
·          Gambar                  :          


Gambar 4.1
 Batuan Beku Apung
  
  
4.5.2      Batuan Kedua
·          Nomor urut              :  2
·          Nomor batuan        :  8
·          Nama batuan         :  Batuan Beku Skoria
·          Warna batuan        :  Coklat Gelap
·          Jenis batuan          :  Batuan beku basa
·          Struktur batuan      :  Skoria
·          Tekstur                   :          
a.   Derajat kristalisasi      : Hipokristalin
b.   Granularitas                : Fanerik sangat kasar (>30mm)
c.   Bentuk kristal              : Euhedral
d.   Relasi                          : Inequigranular
·          Komposisi              :  Mineral mafik > mineral felsik
·          Gambar                  :          


Gambar 4.2
Batuan Beku Skoria



  
4.5.3      Batuan Ketiga
·          Nomor urut                        :  3
·       Nomor batuan        :  9
·          Nama batuan         :  Beku Obsidian
·          Warna batuan        :  Hitam Mengkilap
·          Jenis batuan          :  Batuan Beku Asam
·          Struktur batuan      :  Masif
·          Tekstur                   :          
a.   Derajat kristalisasi      : Holohyain
b.   Granularitas                : Afanitik
c.   Bentuk kristal              : -
d.   Relasi                          : Equigranular
·          Komposisi              :Mineral felsik >Mineral mafik
·          Gambar                 :

Gambar 4.3
Batuan Beku Obsidian




4.6        Analisa Batuan
Dalam praktikum geologi dasar yang telah diakukan dapat diketahui bahwa batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Magma adalah zat cair liat pijar panas yang merupakan senyawa silikat danada di bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi. Proses pembekuan merupakan proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal. Pada saat proses pembekuan magma apabila terdapat cukup energipembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka Krista ltidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
Pada praktikum batuan beku ini yang dipraktikumkan adalah mengamatai batuan beku apung, batuan beku skoria dan batuan beku obsidian. Alat yang digunakan selama praktikum berlangsung adalah alat tulis, jangka sorong, kaca pembesar, modul praktikum dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah batuan beku dasit, batuan beku obsidian danbatuan beku diorit.
Langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut. Pertama Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Asisten Praktikum.Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Menggambar batuan pertama dan memfoto batuan.Mengukur panjang, lebar dan tinggi batuan menggunakan penggaris atau jangka sorong. Mengidentifikasi batuan pertama dengan melihat fisik batuan.Menuliskan hasil identifikasi pada buku pendahuluan praktikum. Mengulangi langkah dua sampai dengan langkah enam untuk batuan kedua dan ketiga. Yang terakhir merapihkan alat dan bahan yang telah selesai digunakan.
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalan hand specimen sample dimana batuan apung memiliki struktur vesikuler karena Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya  gas pada waktu pembekuan magma, arah lubang itu teratur. Batuan scoria memiliki struktur scoria karena memiliki berlubang-lubang besar tapi tidak teratur. Sedangkan batuan beku obsidian memiliki struktur masif karena tidak menunjukkan adanya lubang-lubang atau struktur aliran.
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur batuan beku apung dari segi tekstur batuan ini memuat derajat kristalisasi berupa hipokristalin, granularitas berupa fenerik sedang, bentuk kristal anhedral Batuan beku obsidian dari segi tekstur batuan ini memuat
Apung merupakan Batuan beku yang tergolong pada jenis batuan beku intermediet. Warna batuan ini pada umumnya berwarna abu-abu cerah dan memiliki struktur fesikuler. Dari segi tekstur batuan ini memuat derajat kristalisasi berupa hipokristalin, karena sebagian terdiri dari massa kristal dan sebagian terdiri dari massa gelas, dengan granulitas berupa fenerik halus berukuran kurang dari 1mm, serta bentuk  kristal anhedral dan memiliki relasi berupa equigranular. Komposisi batuan ini tersusun dari mineral mafik. Batuan beku apung ini mempunyai panjang 2 cm dan lebar 5,5 cm.
Skoria merupakan merupakan batuan beku yang berwarna coklat gelap karena termasuk batuan beku basa. Struktur batuannya adalah skoria karena berlubang-lubang besar tapi arah tidak teratur. Derajat kristalisasinya hipokristalin karena sebagian terdiri dari massa kristal dan massa gelas. Granularitasnya sangat kasar karena ukuran kristalnya sangat jelas dan berukuran > 30 mm, bentuk kristalnya euhedral karena ada batas antara bentuk asli dari bidang kristal, dan komposisinya yaitu mineral nafik>mineral fersik alasannya karena berwarna gelap.
Obsidian adalah batuan beku asam karena berwarna mengkilap dan berstruktur masif karena tidak menunjukkan adanya lubang-lubang atau struktur aliran. Batuan obsidian juga mempunyai derajat kristalisasi holohyain karena terdiri dari massa gelas seluruhnya, granularitas alfanitik karena mempunyai kristal tapi tidak bisa dilihat dengan mata biasa, bentuk kristalnya tidak ada karena tidak mengandung kristal yang begitu dominan, dan relasinya equigranular serta komposisinya adalah mineral mafik karena berwarna gelap tapi mengkilap.
Dari hasil pengamatan batuan beku apung mempunyai ukuran panjang 2 cm dan lebar 5,5 cm, batuan beku skoria mempunyai ukuran panjang sebesar 2 cm dan lebar 4 cm dan batuan beku obsidian mempunya ukuran panjang 2,3 cm dan lebar 3,3 cm.


4.7        Kesimpulan
Pada praktikum geologi dasar tentang percobaan Batuan Beku dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.     Batuan beku berdasarkan komposisi dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
·          Batuan beku asam
·          Batuan beku intermediet
·          Batuan beku basa
2.     Batuan beku adalah Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.
3.     Batuan ekstrusiv dapat terbentuk melalui airan lava yang membanjiri permukaan tanah seperti sungai dan potongan fragmen magma yang ukurannya beragam (pyroclastic material) yang biasa terbawa ke atmosfer dan menutupi permukaan bumi ketika mengendap
4.     Batuan basal termasuk dalam jenis batuan beku basa.
5.     Batuan dasit termasuk dalam jenis batuan beku asam.
6.     Batuan andseit termasuk dalan jenis batuan beku intermediet.
7.     Bentuk Kristal terbagi menjadi tiga, yaitu
·          Euhedral
·          Subhedral
·          Anhedral
8.     Batuan basal mempunyai warna hitam pekat memiliki struktur batuan masif
9.     Batuan dasit mempunyai warna cerah memiliki struktur batuan massif.
10.  Batuan andseit mempunyai warna abu-abu memiliki struktur batuan masif.
11.  Batuan basal memiliki derajat kristalisasi berupa hipokristalin, dengan granulitas berupa fenerik halus ,serta bentuk  kristal anhedral dan memiliki relasi berupa inequigranular.
12.  Batuan dasit memiliki derajat kristalisasi hipokristalin dan granularitas berupa fanerik kasar, serta bentuk  kristal subhedral dan memiliki relasi berupa inequigranular
13.  Batuan andesit memiliki derajat kristalisasi hipokristalin dan granularitas berupa fanerik kasar, serta bentuk  kristal euhedral dan memiliki relasi berupa inequigranular.
14.  Basal mempunyai komposisi batuan berupa mineral mafik.
15.  Dasit mempunyai komposisi batuan berupa mineral felsik lebih besar dari mineral mafik.
16.  Andesit mempunyai komposisi batuan berupa mineral felsik lebih besar dari mineral mafik.
17.  Basal mempunyai panjang 3 cm dan lebar 3 cm.
18.  Dasit mempunyai panjang 3 cm dan lebar 2 cm.
19.  Andesit mempunyai panjang 3 cm dan lebar 3 cm.

 

 



0 komentar:

Posting Komentar