BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di bumi ini
terdapat banyak sekali macam-macam dan jenis batuan. Di Indonesia. Pengetahuan
tentang bumi sampai saat ini telah memberikan kesimpulan bahwa dimasa lampau,
bumi pernah mengalami keadaan cair pijar dimana pada bagian terluar telah
membeku atau mengkristal menjadi kerak bumi. Sementara dibagian lain yang lebih
dalam, proses pemadatannya lebih lambat dan akan terus mencari keseimbangan
dalam bentuk penerobosan-penerobosan magma dengan diiringi gejala yang bersifat
tektonik. Oleh karena kondisi pembentukannya yang beraneka ragam, mengakibatkan
kerak bumi terdiri dari bermacam-macam batuan berdasarkan sifat dan
komposisinya.
Hampir di
seluruh pelosok negeri ini terdapat berbagai macam batuan. batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf adalah contohnya. Berikut penjelasan batuan beku,
sedimen, dan metamorf:
·
Batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari
batuan beku (batuan seperti granit atau basalt
yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan
vulkanik dan plutonik.
·
Batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari
batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung
partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
·
Batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari
batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari
batuan asal yaitu batuan sedimen atau batuan beku tetapi telah melalui
perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari
perubahan suhu, tekanan, atau keduanya).
Oleh karena itu AKAMIGAS Balongan
mengadakan Praktikum Geologi Dasar mengenai batuan untuk menambah wawasan
Mahasiswa dan Mahasiswi Program Studi Teknik Perminyakan Akamigas Balongan.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.
Sebagai syarat kelulusan yang diajukan kampus.
2.
Memenuhi tugas
Mata Kuliah Geologi Dasar.
3.
Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di perkuliahan dengan cara mengidentifikasi
jenis-jenis batuan.
4.
Melatih Mahasiswa
dalam kegiatan praktikum.
5.
Melatih dalam membuat laporan resmi.
6.
Mengetahui berbagai jenis batuan.
7.
Menambah
pengetahuan, wawasan dan pengalaman para Mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu
geologi baik itu secara teoritis maupun praktek.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.
Mengenal berbagai jenis batuan beku.
2.
Mengetahui sifat-sifat fisik yang
dimiliki oleh batuan beku.
3.
Mengetahui
macam-macam struktur, warna dan tekstur batuan beku.
4.
Mengetahui bentuk
batuan beku.
5.
Mengetahui
macam-macam batuan sedimen.
6.
Mengklasifikasikan
jenis batuan sedimen berdasarkan kondisi fisik batuan.
7.
Mendeskripsikan
batuan berdasarkan struktur, tekstur, komposisi mineral batuan sedimen.
8.
Mengetahui perbedaan batuan sedimen dengan batuan beku dan batuan metamorf.
9.
Mendeskripsikan bagaimana materi penyusun batuan sedimen.
10.
Mengetahui macam-macam jenis batuan metamorf.
11.
Mengetahui nama
batuan metamorf berdasarkan kondisi fisik batuan.
1.3
Manfaat
1.3.1
Manfaat Khusus
1. Mengetahui jenis batuan beserta dengan klasifikasinya.
2. Menambah
pengetahuan kita khusunya di bidang ilmu Geologi
3. Memenuhi nilai praktikum Mata Kuliah Geologi Dasar.
4. Mencapai salah satu syarat kelulusan di semester I ini.
5. Memenuhi tugas
Mata Kuliah Geologi Dasar.
6. Mengetahui jenis batuan beserta dengan klasifikasinya.
7. Mengidentifikasi sifat-sifat fisis batuan.
8. Mendeskripsikan
macam-macam batuan.
9. Membedakan antara
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
10. Mendeskripsikan
bagaimana materi penyusun batuan.
11. Mengetahui nama batuan berdasarkan kondisi fisik batuan.
1.4
Ruang Lingkup
Laporan ini
berjudul “LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI
DASAR 2013”. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktikum dari
Mata Kuliah Geologi Dasar .
Praktikum ini diikuti oleh Mahasiswa dan Mahasiswi Semester I, yang terdiri dari kelas Teknik Perminyakan A, Teknik Perminyakan B, Teknik Perminyakan C, Teknik Perminyakan D dan Teknik Perminyakan E.
Praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 25
November 2013 sampai dengan 13 Desember 2013.
Pada hari Jum’at, tanggal 11 Desember 2012, kemudian
Praktikum dimulai pada hari Senin,
tanggal 9
Desember 2013
mengenai Batuan Beku, kemudian pada hari Rabu, pada tanggal 11 Desember 2013 melakukan praktikum kedua
mengenai Batuan Sedimen dan pada hari Jumat, tanggal 13 Desember 2013 mengenai Batuan Metamorf. Semua kegiatan Praktikum Geologi
Dasar ini diadakan di Kampus I Jalan Jendral
Soedirman no.17 Indramayu.
Praktikum Geologi Dasar
dilaksanakan di laboratorium Kampus I Akamigas
Balongan, serta dibimbing oleh Asisten Praktikum Geologi Dasar serta
bantuan dari teman sekelompok. Diadakannya praktikum Geologi Dasar ini untuk memberikan pengetahuan dan
pembelajaran tentang penerapan ilmu bagi Mahasiswa dan
Mahasiswi Akamigas Balongan.
Dalam laporan
ini, pada BAB I membahas tentang Pendahuluan, lalu pada BAB II membahas tentang
Dasar Teori, lalu pada BAB III membahas tentang Metode Penelitian, lalu pada
BAB IV membahas tentang Batuan Beku, lalu pada BAB V membahas tentang Batuan
Sedimen, lalu pada BAB VI membahas
tentang Batuan Metamorf, lalu pada BAB VII membahas tentang Penutup.
Praktikum ini berjalan dengan lancar
karena dibimbing oleh Dosen Mata Kuliah Geologi Dasar dan Asisten Praktikum
Geologi Dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI
Batuan adalah sebuah material yang terbentuk melalui
beberapa faktor, diantaranya karena perubahan mineral dari suatu batuan
tersebut, baik oleh proses fisik dan kimiawi.
Bumi kita terdiri dari lapisan-lapisan penyusun yang
sangat banyak variasi material yang membentuknya, bumi kita yang terbentuk dari
sebuah bola gas panas yang kemudian diberikan gaya tekan dari luar ditambah
dengan reaksi pembekuan secara bersamaan, proses ini berlangsung lama dan
panjang sehingga pada akhirnya terciptalah bumi kita yang terdiri dari banyak
mineral yang membentuknya dan kali ini kita akan berfokus pada batuan. Dari
berbagai proses pembentukan bumi dan berbagai peristiwa yang terjadi pada bumi
itulah banyak membentuk berbagai jenis batuan-batuan yang ada saat ini. Batuan
terbagi atas tiga jenis, yaitu :
1. Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena adanya pembekuan material
di dalam perut bumi (magma) dan di luar pemukaan bumi (lava). Tercampur dengan
material lain yang keluar bersamaan dengan material yang keluar dari perut
bumi. Proses pembekuan suatu batuan beku diawali dengan membekunya magma atau
lava, kemudian materi yang sudah membeku tadi mengalami transportasi batuan, itulah
yang mempengaruhi bentuk-bentuk dan jenis-jenis batuan beku.
Pada
saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila
pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk
kristal-kristal mineral berukuran besar, sedangkan bila energi pembentukan
rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan
berlangsung sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk dan cairan magma
membeku menjadi gelas. Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat
perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa
tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran
mineral-mineral silikat (magma) oleh N.L.
Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series dan dalam mengidentifikasi batuan beku,
sangat perlu sekali mengetahui
karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi
mineral batuan beku.
Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku terbagi
atas tiga jenis
yaitu batuan beku asam mempunyai warna cerah, batuan beku intermediate berwarna abu-abu dan batuan
beku basa berwarna gelap.
Struktur
batuan beku umumnya dapat dilihat di lapangan saja dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalam hand
specimen sample antara lain masif yaitu tidak menunjukan adanya
lubang-lubang atau struktur aliran. Vesikuler menunjukkan berlubang-lubang yang
disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma, arah lubang-lubang
itu teratur. Skoria adalah berlubang-lubang besar tapi arah tidak teratur.
Xenolitis adalah struktur yang memperlihatkan adannya fragmen atau pemecahan
batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintruksi.
Tekstur
adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa
dasar dari batuan.
Untuk
menentukan komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk
kristal, sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna
mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua yaitu
mineral felsik adalah yaitu yang berwarna cerah terutama kwarsa, feldspar,
feldspatoid dan muscovite dan mineral mafik yaitu yang berwarna gelap terutama
biotik, piroksen, amphibol dan olivine.
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat
berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari
proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan
tekanan atau
perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen
(1960), F. F. Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan
sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah,
bertemperatur tinggi antara 1.500 sampai dengan 2.500°C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat
pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang
larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur,
dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan
pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat
perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal
dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh N.L. Bowen disusun
suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s
Reaction Series.
Gambar
2.1 : Batuan beku, jalur yang berwarna lebih muda menunjukkan arah aliran
(http://3.bp.blogspot.com/-9DSlg8OFuHE/T5q3arUXWxI/AAAAAAAB4/OWp9SzFE33xy
/s1600/Igneous_rock_Santoroni_Greece.jpg)
1.
Jenis-jenis Batuan Beku
Batuan beku
terbagi menjadi 2, yaitu :
·
Batuan Beku Dalam
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya
sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya
kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku
intrusive.
Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran
yang beragam, tergantung pada kondisimagma dan batuan di sekitarnya. Magma
dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan
pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur
batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit,
stok, dyke, dan jenjang volkanik :
Ø Batolit
Merupakan
tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak
beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan
batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang
berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk
batholit. Beberapa batolit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km
lebarnya.
Dari
penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa
tebal batolit antara 20 sampai dengan 30 km. Batholit tidak terbentuk oleh
magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi
batolit. Karena besarnya, batolit dapat mendorong batuan yang diatasnya.
Meskipun
batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas
secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik
melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok
hasil stopping lebih padat
dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap
fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua
magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang
berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
Ø Stock
Seperti
batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan
dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock
merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batolit.
Ø Dyke
Dyke disebut juga gang, merupakan
salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batolit, berdimensi kecil.
Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong
struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
Ø Jenjang Volkanik
Jenjang volkanik adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan
magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya
tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol
dari topografi disekitarnya. Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan
di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.
Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau
sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan
sisi-sisinya sejajar.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk
bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat
proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku
dapat tersingkat di permukaan.
Lopolit, bentuknya
mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
·
Batuan Beku Luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui
rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat
dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnyamagma di permukaan bumi melalui
rekahan disebut sebagai fissure eruption.
Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah
dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut
plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan
erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau
ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik.
Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung pada komposisi
magmanya dan tempat terbentuknya. Apabilamagma membeku di bawah permukaan air
terbentuklah lava bantal ( pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan
air. Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam
kelompok batuan beku afanitik. Contoh batuan beku adalah batu apung, batu
andesit, batu diorit, batu basal, batu dasit, batu gabro, batu granit, batu
obsidian dan batu skoria.
2. Batuan Sedimen
Batuan
endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari
tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga
cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas
biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi
75% dari permukaan bumi.
Batuan sedimen batuan yang tejadi
akibat lithifikasi dari hancuran batuan lain (destritus atau lithifikasi) dari
hasil reaksi kimia tertentu. Lithifikasi adalah proses yang meliputi: kompaksi,
autigenik, diagenesa, yaitu terubahnya
material batuan yang bersifat lepas (uncosolidate
rock forming materials) menjadi batuan yang kompak (uncosolidate coherent rock). Batuan ini dibentuk oleh proses-proses
yang terjadi di permukaan bumi, oleh Koesoemadinata
(1979) telah membedakan menjadi lima golongan, antara lain golongan destritus yang terbagi
atas destritus halus dan dentritus
kasar. Golongan karbonat yaitu golongan ini terutama disusun
oleh kelompok mineral karbonat (misal: kalsit, dolomit, aragonoit) dan
cangkang-cangkang binatang karang. Golongan
evaporit yaitu golongan batuan ini diberikan
terhadap batu garam karena asal terjadinya disebabkan oleh proses evaporasi air
laut (Koesoemadinata, 1979).
Golongan sedimen silika termasuk golongan ini adalah
juga batuan yang bersifat monomineralik dan umumnya tersusun oleh mineral
silika, terbentuk secara sedimentasi kimiawi atau organik. Golongan batubara yaitu golongan terbentuk oleh adanya
akumulasi zat-zat organik yang kaya akan unsur C (karbon). Umumnya terdiri dari
tumbuh-tumbuhan. Termasuk jenis sedimentasi organis.
Batuan
sedimen memiliki material pembentuk batuan yang bersifat lepas dan batuan ini
dibentuk oleh proses-proses yang terjadi di permukaan bumi. Contoh batuan
sedimen adalah batu rijang, batu tufa gelas, batu gamping, batu pasir, batu
lempung, batu konglomerat, batu breksi dan batu bara
2.
Batuan Metamorf
Batuan
metamorf (atau
batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe
batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang
disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan
bentuk". Protolith yang dikenai
panas (lebih besar dari 150°C)
dan tekanan ekstrem akan mengalami
perubahan fisika dan/atau kimia yang besar.
Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih
tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Protholite
sendiri dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf lain
yang lebih tua. Syarat – syarat terjadinya metamorfisme adalah :
1. Adanya batuan asal ( protolith )
2. Adanya peningakatan suhu
3. Adanya peningkatan tekanan (stresses)
4. Adanya penambahan dan pengurangan fluida
5. Adanya faktor waktu (jutaan tahun)
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi,
metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua:
Ø Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas
hanya beberapa kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
Ø
Metamorfosa Kontak/Therma
Metamorfosa kontak Yaitu metamorfosa yang diakibatkan
oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada
kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan
lebar 2 – 3 km. Salah satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan
pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.
Ø
Metamorfosa dinamo
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan
tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis,
yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin
dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan
tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa
semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.
Ø
Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat
mencapai beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
Metamorfosa
regional/dinamothermal Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang
mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih
intensif apabila diikuti oleh orogenesa.
Metamorfosa Beban
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan
intrusi, tetapi terjadi pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan
sedimen yang tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian
bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.
·
Mineral-mineral Penyusun Batuan
Metamorf
Ø Amphibole/Hornblende
Amphibole
adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang
menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini
banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
Ø
Biotite
Semua mineral
mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku dan merupakan bidang
belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite umumnya berwarna
gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang, abu-abu terang.
Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan kuku.
Ø
Plagioclase
Mineral Plagioclase
adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur
Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna
putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal
dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
Ø Potassium feldspar (Orthoclase)
Potassium
feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase
feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung unsur
Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga
putih.
Ø Mica
Mica adalah
kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari
potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air
(H2O).
Ø
Quartz
Quartz adalah
satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi. Mineral ini
tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan belahan
(cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
Ø
Calcite
Mineral
Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna putih
transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut
terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan ‘lime’ dari batu gamping.
·
Metasomatisme
Metasomatisme adalah perubahan kimia pada batuan oleh
larutan hydrothermal yang umumnya berasosiasi dengan metamorfisme kontak dan
membentuk mined deposits atau endapan yang dapat ditambang.
·
Fasies Metamorfisme
Fasies metamorfisme adalah suatu pengelompokan mineral
– mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya
pada batuan metamorf. Setiap fasies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan
berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat – sifat fisik atau
kimia.
·
Struktur Batuan Metamorf
Struktur Foliasi, apabila pada batuan metamorf
terlihat adanya penjajaran mineral. Struktur foliasi dibagi menjadi :
Ø
Struktur Skistose :
struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit,
felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
Ø
Struktur Gneisik :
struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral
granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
Ø
Struktur Slatycleavage :
sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus
(dalam mineral lempung).
Ø
Struktur Phylitic :
sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah
mulai agak kasar.
Batuan metamorf adalah suatu batuan
yang terjadi karena proses ubahan dari batuan asal oleh suatu proses
metamorfose. Proses metamorfose yaitu suatu proses dimana batuan asal mengalami
penambahan tekanan (P) atau temperatur (T) atau oleh kenaikan tekanan dan temperatur secara bersama-sama.
Proses
metamorfose meliputi proses
rekristalisasi, reorientasi dan pembentukan
mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang
sebelumnya telah ada sehingga menjadi batuan yang kompak dan terbentuk batuan
yang baru.
Sifat-sifat
fisik yang harus diperhatikan pada batuan metamorf antara lain tekstur pada batuan metamorf
digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu kristaloblastik yaitu tekstur yang terjadi pada saat
tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak nampak
lagi) dalam pembentukan batuan beku mineral tumbuh pada suasana cair. Blastopofiritik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan
asal yang bertekstur porfiritik. Blastoopotitik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan
asal yang bertekstur optik. Struktur
pada batuan metamorf merupakan hubungan antara tekstur lainnya dalam hubungan
batuan metamorf mempunyai struktur
foliasi.
Foliasi
adalah sifat perlapisan atau berdaun, namun harus dibedakan dengan lapisan
sedimen. Di sini terjadi penyusunan kristal-kristal dari mineral secara
pertumbuhan dalam arah panjang pada mineral.
Batuan
metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan
tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh
dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta
tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada
kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi. Contoh batuan
metamorf adalah batu schist, batu
serpentinit, batu filit, batu kalsit, batu kuarsit, batu marmer, batu mika,
batu sabak, batu gypsum dan batu gneiss.
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melaksanakan Praktikum Geologi Dasar,
Mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan batuan-batuan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf, dan dapat
membedakan antara ketiga batuan tersebut. Yang menjadi suatu keahlian alam
bidang perminyakan.
Untuk mendukung praktikum dan kajian yang akan dilakukan,
maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain:
3.1
Metode Penelitian
Langsung
Dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap batuan. Berdasarkan penelitian itulah
penulis mendapatkan data-data yang akan menjadi sumber dalam pembuatan laporan.
Pelaksanaan praktikum merupakan tahapan pengambilan data-data batuan melalui
pencatatan dari hasil objek batuan yang telah diteliti yaitu berupa jenis, struktur, tekstur, komposisi
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamof dalam Pratikum Geologi Dasar.
3.2
Metode Studi Literatur
Merupakan data yang
diperoleh dari buku-buku atau hand book,
media cetak seperti majalah atau koran yang membahas tentang batuan, media elektronik dan internet sebagai
bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan topik yang
ditulis.
3.3
Metode Interview
Metode interview ini dilakukan praktikan dengan
mengajukan bebrapa pertanyaan kepada Asisten Praktikum Geologi
Dasar mengenai klasifikasi, sifat-sifat fisik, serta contoh-contoh batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf secara langsung selama praktikum
dilaksanakan. Setelah data-data data-data yang ada dapat di konsultasikan secara langsung dari teman
seangkatan, Asisten Praktikum
Geologi Dasar dan Para Ahli Geologi.
BAB
IV
BATUAN BEKU
4.1
Tujuan
1.
Mendeskripsikan
masing-masing jenis batuan beku secara megakopis Memahami tentang materi batuan beku.
2.
Menyelidiki jenis-jenis batuan secara spesifik.
3.
Mengetahui sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh batuan
beku.
4.
Mengetahui dan
mempelajari penamaan
batuan beku.
5.
Mengetahui tekstur batuan beku.
6.
Mengetahui struktur dan komposisi batuan beku.
7. Mengetahui
mineral-mineral yang terkandung dalam batuan beku.
4.2
Dasar Teori
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan
magma, baik di bawah permukaan (insrusif) maupun di atas permukaan (eksrusif).
Cirri khas batua beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu memiliki
unit-unit Kristal yang kecil yang saling mengikat satu sama lain. (Drs. Firdaus, M.Si, 2011).
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk secara langsung
dari hasil pembekuan magma, baik itu dibawah permukaan bumi (intrusif) ataupun
dipermukaan bumi (ekstrusif).Secara umum batuan beku memiliki cirri-ciri
sebagai berikut ;Massive Maksudnya batuan tersebut memiliki struktur yang
kompak dank eras. Terdiri dari paduan mineral-mineral pembentuk batuan, yaitu
mineral primert (mineral utama dan
mineral aksesoris). Tidak ada perlapisan Maksudnya batuan tersebut tidak
menunjukkan adanya bidang perpisahan pada strukturnya. Berikut ini
bentuk-bentuk badan batuan beku (Rock
body) Batuan beku luar, berupa produk ekstrusif (bukit, gunung dan
planteau).Batuan beku adalah merupakan kumpulan mineral-mineral silikat dari
hasil penghabluran magma yang mendingin. Penggolongan batuan beku dapat
didasarkan kepada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan,
berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineralnya.
Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya dari batuan beku
dapat dibagi atas batuan ekstrusi dan batuan intrusi. Batuan ekstrusi terdiri
dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi baik di daratan maupun di
bawah permukaan laut material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk
padat atau suatu larutan yang kental dan panas yang disebut lava. Magma yang
mencapai permukaan bumi melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai
erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku luar. (W.T. Huang, 1962).
Letusan gunung berapi merupakan proses yang mengagumkan. Sayangnya,
(atau untungnya!) kebanyakan dari kita tidak akan pernah mengalaminya dalam
hidup kita. Tapi kita mungkin memiliki kesempatan untuk melihat produk-produk
dari proses vulkanik saat berpergian
ke suatu negara atau hiking di hutan. Batuan vulkanik, produk padat dari
letusan gunung berapi adalah
kelompok batuan yang terbesar yang disebut batu beku.
Batuan beku bisa batuan kristalin
atau gelas yang dibentuk oleh pendinginan dan pemadatan magma cair. Batuan beku
merupakan satu dari tiga
batuan lainnya, yaitu metamorf dan sedimen.
Batuan beku
terbentuk dari pembekuan magma, yang panasnya (600 deg.C - 1300 deg.C, atau
1100 deg - 2400 deg F..) bahan batu cair atau sebagian cair.Bumi didominasi batuan beku dan
dilapisi batuan sedimen yang tipis. Sedangkan batuan sedimen dihasilkan oleh proses di
permukaan bumi seperti pelapukan dan erosi, batuan beku - dan metamorf adalah
batuan yang dibentuk oleh proses internal yang tidak dapat langsung
diamati.
Magma dihasilkan di dalam asthenoper ( lapisan batuan cair di kerak bumi) pada kedalaman sekitar
60-100 km (40-60 mili). Karena magama kurang padat ari batuan seiktarnya, maka
magma akan naik ke atas. Bisa di dalam kerak bumi, atau sampai ke permukaan
akibat dari volkanik sebagai aliran lava. Batuan yang terbentuk dari
pendinginan dan solidifikasi magma jauh di dalam kerak bumi (plutonik) akan
berbeda dengan hasil erupsi (volkanik) karena terbentuk di dua lingkungan yang
berbeda.
Di dalam kerak bumi, suhu dan tekanan lebih besar dari di
permukaan, magma akan mendingin perlahan dan terkristal sempurna. Pendinginan
yang lambat memacu pertumbuhan mineral yang cukup besar sehingga bisa diamati
secara visual tanpa bantuan mikroskop (phaneritic,
dari bahasa Yunani, phaneros=tampak).
Sebaliknya, erupsi magma di permukaan akan mendingin sangat cepat sehingga
mineral yang terbentuk sedikit atau tidak ada kesempatan untuk tumbuh.
Hasilnya, batuan tersusun dari mineral2 yang hanya dapat dilihat dengan bantuan
mikroskop, (aphanitic, bahasa yunani aphanes= tak tampak) atau tidak ada
mineral sedikitpun (tersusun oleh glass, sangat
viscous, cairan non-kristalin).
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi
batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih
mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi. Klasifikasi
secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan SiO2,
yaitu:
·
Batuan beku asam : >66%
SiO2
·
Batuan beku
intermediet : 52% -66% SiO2
·
Batuan beku basa : 45% - 52% SiO2
·
Batuan beku ultra
basa : <45% SiO2
Struktur
Struktur
batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang
dapat dilihat dalan hand specimen sample:
·
Massif : Tidak menunjukan adanya lubang-lubang
atau struktur
aliran.
·
Vesikuler : Berlubang-lubang
yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma, arah lubang
itu
teratur.
·
Scoria : Berlubang-lubang
besar tetapi arah tidak teratur.
·
Amigdaloidal : Lubang-lubang
yang terisi oleh mineral sekunder
Tekstur
Tekstur
adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa
dasar dari batuan. Untuk batuan beku, pengamatan tekstur meliputi:
Derajat
Kristalisasi terbagi menjadi 3, yaitu:
Ø Holokristalin :
Apabila batuan
terdiri dari massa Kristal
seluruhnya.
Ø Holohyalin :
Apabila batuan
terdiri dari massa gelas
seluruhnya.
Ø Hipokrislatin :
Apabila sebagian
terdiri dari massa kristal dan
massa
gelas.
Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
Ø Fanerik :
Apabila
kristal-kristalnya jelas sehingga dapat
dibedakan
dengan mata biasa, antara lain:
-
Halus : Diameter <1 mm
-
Sedang : Diameter 1 sampai 5
mm
-
Kasar : Diameter 5 sampai 30 mm
-
Sangat Kasar : Diameter >30 mm
Ø Afanitik : Kristal-kristal
yang sangat halus sehingga
tidak dapat dibedakan dengan pandangan
mata
biasa.
Bentuk Kristal, terbagi
menjadi 3, yaitu:
Ø Euhedral : Apabila
batas dari mineral adalah bentuk asli dari
bidang
kristal.
Ø Subhedral :
Apabila sebagian
dari batas-batas mineral sudah
tidak
tampak lagi.
Ø Anhedral : Apabila
mineral sudah tidak mempunyai bidang
kristal
asli.
Relasi terbagi
menjadi 2, yaitu:
Ø
Equigranular : Bisa
secara relative ukuran kristal
pembentuk
batuan
berukuran sama besar.
Ø
Inequigranular : Bila
ukuran kristal pembentuknya tidak sama.
Komposisi
Mineral
Untuk menentuka komposisi mineral kita
cukup menggunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan
mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku
dapat dikelompokan menjadi dua:
Mineral Felsik :
Yaitu yang
berwarna cerah terutama kwarsa,
feldspar, feldspatoid dan muscovite.
Mineral Mafik : Yaitu
yang berwarna gelap terutama biotic,
piroksen,
amphibol dan olivine
4.3
Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
·
Buku Pendahuluan
·
Kamera
·
Lup
·
Mistar
·
Penghapus
·
Pensil
·
Pulpen
·
Tipe-X
4.3.2 Bahan
·
Batuan Beku Apung
·
Batuan Beku Skoria
·
Batuan Beku Obsidian
4.4
Prosedur
Percobaan
1.
Menyimak beberapa penjelasan yang
disampaikan oleh asisten praktikum.
2.
Mempersiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan
dalam praktikum batuan beku.
3.
Menggambar batuan
pertama dan memfoto batuan
tersebut.
4.
Mengukur panjang,
lebar dan tinggi batuan menggunakan penggaris.
5.
Mengamati jenis batuan, warna
batuan, struktur batuan, tekstur batuan (ukuran butir, derajat pemilahan dan
derajat pembundaran), komposisi batuan (fragmen, matrik, semen) dan nama
batuan.
6.
Menuliskan hasil
identifikasi pada buku pendahuluan praktikum.
7.
Mengulangi
langkah dua sampai dengan langkah enam untuk batuan kedua.
8.
Mengulangi langkah dua sampai dengan langkah enam untuk batuan
ketiga.
9.
Merapihkan alat
dan bahan yang telah selesai digunakan.
4.5
Hasil Pengamatan
4.5.1 Batuan Pertama
·
Nomor urut : 1
·
Nomor batuan :
10
·
Nama batuan :
Batuan
Beku Apung
·
Warna batuan :
Abu-abu Cerah
·
Jenis batuan :
Intermediet
·
Struktur batuan : Vesikuler
·
Tekstur :
a.
Derajat
kristalisasi : Holokristalin
b.
Granularitas : Fanerik sedang
(1-5mm)
c.
Bentuk kristal : Anhedral
d.
Relasi : Equigranular
·
Komposisi : Mineral Felsik > Mineral Mafik
·
Gambar :
Gambar 4.1
Batuan Beku Apung
4.5.2 Batuan Kedua
·
Nomor urut :
2
·
Nomor batuan :
8
·
Nama batuan :
Batuan Beku Skoria
·
Warna batuan :
Coklat
Gelap
·
Jenis batuan :
Batuan beku basa
·
Struktur batuan : Skoria
·
Tekstur :
a.
Derajat
kristalisasi : Hipokristalin
b.
Granularitas : Fanerik sangat kasar (>30mm)
c.
Bentuk kristal : Euhedral
d.
Relasi : Inequigranular
·
Komposisi : Mineral mafik > mineral felsik
·
Gambar :
Gambar 4.2
Batuan Beku Skoria
4.5.3 Batuan Ketiga
·
Nomor urut : 3
· Nomor batuan :
9
·
Nama batuan :
Beku Obsidian
·
Warna batuan :
Hitam Mengkilap
·
Jenis batuan :
Batuan Beku Asam
·
Struktur batuan : Masif
·
Tekstur :
a.
Derajat
kristalisasi : Holohyain
b.
Granularitas : Afanitik
c.
Bentuk kristal : -
d.
Relasi : Equigranular
·
Komposisi :Mineral felsik >Mineral mafik
·
Gambar :
Gambar 4.3
Batuan Beku Obsidian
4.6
Analisa Batuan
Dalam praktikum geologi dasar yang telah diakukan dapat
diketahui bahwa batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan
magma. Magma adalah zat cair liat pijar panas yang merupakan senyawa silikat
danada di bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi. Proses pembekuan
merupakan proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat. Proses
pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur
primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal. Pada saat proses pembekuan magma apabila terdapat
cukup energipembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal yang
berukuran besar sedangkan bila energi
pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka Krista ltidak
terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
Pada praktikum batuan beku ini yang dipraktikumkan adalah
mengamatai batuan beku apung, batuan beku skoria dan batuan beku obsidian. Alat
yang digunakan selama praktikum berlangsung adalah alat tulis, jangka
sorong, kaca pembesar, modul praktikum dan kamera. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah batuan beku dasit, batuan beku obsidian danbatuan
beku diorit.
Langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut. Pertama Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Asisten
Praktikum.Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Menggambar batuan
pertama dan memfoto batuan.Mengukur panjang, lebar dan tinggi batuan
menggunakan penggaris atau jangka sorong. Mengidentifikasi batuan pertama dengan melihat fisik
batuan.Menuliskan hasil identifikasi pada buku pendahuluan praktikum. Mengulangi
langkah dua sampai dengan langkah enam untuk batuan kedua dan ketiga. Yang terakhir merapihkan
alat dan bahan yang telah selesai digunakan.
Struktur
batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang
dapat dilihat dalan hand specimen sample dimana batuan apung memiliki struktur
vesikuler karena Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma, arah lubang
itu teratur. Batuan scoria memiliki struktur scoria karena memiliki
berlubang-lubang besar tapi tidak teratur. Sedangkan batuan beku obsidian
memiliki struktur masif karena tidak menunjukkan adanya lubang-lubang atau
struktur aliran.
Tekstur adalah
hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar
dari batuan. Tekstur batuan beku apung dari segi tekstur batuan ini memuat derajat kristalisasi berupa
hipokristalin, granularitas berupa fenerik sedang, bentuk kristal anhedral Batuan
beku obsidian dari segi tekstur batuan ini memuat
Apung merupakan Batuan beku yang tergolong pada jenis batuan beku intermediet. Warna batuan ini pada
umumnya berwarna abu-abu cerah dan memiliki struktur fesikuler. Dari segi
tekstur batuan ini memuat derajat kristalisasi berupa hipokristalin, karena
sebagian terdiri dari massa kristal dan sebagian terdiri dari massa gelas,
dengan granulitas berupa fenerik halus berukuran kurang dari 1mm, serta bentuk kristal anhedral dan memiliki relasi berupa equigranular. Komposisi batuan ini tersusun
dari mineral mafik. Batuan beku apung ini mempunyai panjang 2 cm dan lebar 5,5 cm.
Skoria
merupakan merupakan batuan beku yang berwarna coklat gelap karena termasuk
batuan beku basa. Struktur batuannya adalah skoria karena berlubang-lubang
besar tapi arah tidak teratur. Derajat kristalisasinya hipokristalin karena
sebagian terdiri dari massa kristal dan massa gelas. Granularitasnya sangat
kasar karena ukuran kristalnya sangat jelas dan berukuran > 30 mm, bentuk
kristalnya euhedral karena ada batas antara bentuk asli dari bidang kristal,
dan komposisinya yaitu mineral nafik>mineral fersik alasannya karena
berwarna gelap.
Obsidian
adalah batuan beku asam karena berwarna mengkilap dan berstruktur masif karena
tidak menunjukkan adanya lubang-lubang atau struktur aliran. Batuan obsidian
juga mempunyai derajat kristalisasi holohyain karena terdiri dari massa gelas
seluruhnya, granularitas alfanitik karena mempunyai kristal tapi tidak bisa
dilihat dengan mata biasa, bentuk kristalnya tidak ada karena tidak mengandung
kristal yang begitu dominan, dan relasinya equigranular serta komposisinya
adalah mineral mafik karena berwarna gelap tapi mengkilap.
Dari hasil pengamatan batuan beku apung mempunyai ukuran panjang 2 cm dan
lebar 5,5 cm, batuan beku skoria mempunyai ukuran panjang sebesar 2 cm dan
lebar 4 cm dan batuan beku obsidian mempunya ukuran panjang 2,3 cm dan lebar
3,3 cm.
4.7
Kesimpulan
Pada praktikum geologi dasar tentang percobaan Batuan
Beku dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.
Batuan beku
berdasarkan komposisi dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
·
Batuan beku asam
·
Batuan beku
intermediet
·
Batuan beku basa
2.
Batuan beku
adalah Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.
3.
Batuan ekstrusiv dapat terbentuk melalui airan lava yang
membanjiri permukaan tanah seperti sungai dan potongan fragmen magma yang
ukurannya beragam (pyroclastic
material) yang biasa terbawa ke atmosfer dan menutupi permukaan bumi ketika
mengendap
4.
Batuan basal termasuk dalam
jenis batuan beku basa.
5.
Batuan dasit termasuk dalam
jenis batuan beku asam.
6.
Batuan andseit termasuk dalan
jenis batuan beku intermediet.
7.
Bentuk Kristal terbagi menjadi tiga, yaitu
·
Euhedral
·
Subhedral
·
Anhedral
8.
Batuan basal mempunyai warna hitam pekat memiliki struktur batuan
masif
9.
Batuan dasit mempunyai warna cerah memiliki struktur batuan massif.
10.
Batuan andseit mempunyai warna abu-abu memiliki struktur batuan masif.
11.
Batuan basal memiliki derajat
kristalisasi berupa hipokristalin, dengan
granulitas berupa fenerik halus ,serta bentuk kristal anhedral dan memiliki relasi berupa inequigranular.
12.
Batuan dasit memiliki
derajat kristalisasi hipokristalin dan granularitas berupa fanerik
kasar, serta bentuk
kristal subhedral dan memiliki relasi berupa inequigranular
13.
Batuan andesit memiliki derajat kristalisasi hipokristalin dan granularitas berupa fanerik kasar, serta bentuk kristal euhedral dan memiliki relasi berupa inequigranular.
14.
Basal mempunyai komposisi batuan berupa mineral mafik.
15.
Dasit mempunyai komposisi batuan berupa mineral felsik
lebih besar dari mineral mafik.
16.
Andesit mempunyai komposisi batuan berupa mineral
felsik lebih besar dari mineral mafik.
17.
Basal mempunyai
panjang 3 cm dan lebar 3 cm.
18.
Dasit mempunyai
panjang 3 cm dan lebar 2 cm.
19.
Andesit mempunyai
panjang 3 cm dan lebar 3 cm.
0 komentar:
Posting Komentar