Selasa, 29 April 2014

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Laporan






Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Laporan


 




 

 



 

 

 

Oleh: DR. Eril Mozef, MS, DEA

















September 2002


Politeknik Negeri Bandung




I. Pendahuluan


     Jaman dulu, keterampilan membuat sesuatu semula hanya diturunkan dari bapak ke anak , atau dari guru ke murid, dan begitu seterusnya hingga menjangkau masyarakat yang lebih luas secara tiru-meniru dan secara lisan [1]. Namun cara ini tidak begitu efektif dan efisien lagi karena tidak menjamin kontinyuitas informasi yang disampaikan. Sebagai contoh misalnya dapat kita lihat pada bekas-bekas peninggalan jaman purbakala misalnya Piramida di Mesir, Tembok Raksasa di Cina, Candi Borobudur di Indonesia dan lain-lain. Bangunan kuno tersebut masih berdiri dengan megahnya sampai saat ini. Tetapi sering kali para ilmuwan bertanya-tanya: bagaimana orang membangunnya?, berapa lamakah waktu pembangunannya?, apa dan dari mana sajakah bahannya?, berapa banyakkah orang yang terlibat? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul. Para ilmuwan seakan merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga yaitu informasi yang menyangkut tentang pembuatan bangunan-bangunan tersebut.
Seiring dengan perkembangan jaman, manusia semakin sadar bahwa ilmu dan teknologi itu tidak dapat diturunkan hanya secara lisan. Harus ada suatu media yang lebih handal yang dapat dipergunakan sebagai media penyampaian sebuah hasil karya. Media tersebut harus bersifat stabil, mudah disampaikan, dapat dipelajari berulang-ulang, isinya tidak berubah, dapat memberikan penjelasan secara rinci. Disinilah munculnya kebutuhan akan tulisan ilmiah.
Namun begitu, sebuah tulisan ilmiah bila tidak ditulis secara baik dan benar tidak akan memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat. Hasil karya yang telah kita peroleh dengan bersusah payah tersebut tidak akan terlihat kontribusinya bagi pembacanya. Sebaliknya bila sebuah karya ilmiah dengan hasil yang biasa-biasa saja namun bila ditulis secara baik dan benar akan sangat terasa kontribusinya bagi masyarakat.
Pada makalah ini, disajikan suatu metoda sederhana namun efektif dan efisien untuk penulisan karya ilmiah. Disini penulis mencoba untuk merangkum sebuah metoda penulisan karya ilmiah berdasarkan berbagai referensi yang ada maupun dari pengalaman penulis pribadi. Disini pembahasan lebih ditekankan pada pengertian terhadap bagian-bagian pembentuk sebuah tulisan ilmiah yang penulis rasakan masih menjadi hambatan besar bagi mereka yang belum terbiasa menulis. Pada makalah ini, penulis membatasi pada metoda penulisan paper untuk publikasi dan laporan ilmiah yang memang sangat dibutuhkan bagi kalangan peneliti, staf pengajar, mahasiswa dan mereka yang tertarik pada penelitian ilmiah.

II. Karya Tulis Ilmiah

 

II.1 Definisi Karya Tulis Ilmiah

Sebuah karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang mengandung kebenaran objektif karena didukung oleh informasi-informasi yang sudah teruji kebenarannya, disajikan secara mendalam dengan penalaran, analisa dan metoda ilmiah [2].
Pada tulisan ini pembahasan dibatasi pada karya tulis yang berupa laporan teknik yaitu laporan praktikum, laporan kerja lapangan, laporan tugas akhir dan laporan seminar.

II.2 Bagian-Bagian Pembentuk Sebuah Karya Tulis Ilmiah atau Laporan

Bagian yang selalu ada pada sebuah laporan:

1. Judul
2. Pendahuluan
3. Isi
4. Kesimpulan

Laporan praktikum
Laporan kerja lapangan
Laporan tugas akhir
Laporan seminar
1. Judul
1.Judul
1. Judul
1. Judul
-
-
2. Abstrak
2. Abstrak
2. Pendahuluan
2. Pendahuluan
3. Pendahuluan
3. Pendahuluan
3. Teori
3.Isi disesuaikan dengan topik di tempat kerja.
4. Teori
4. Teori/Studi Literatur
4. Pengukuran

5. Perancangan
5. Metodologi


6. Realisasi
6.


7. Hasil
7. Hasil
5. Analisa

8. Analisa
8. Analisa
6. Kesimpulan
9. Kesimpulan
9. Kesimpulan
9. Kesimpulan


10. Daftar pustaka
10. Daftar pustaka


11. Lampiran
11. Lampiran

Laporan praktikum biasanya ditujukan untuk pembuktian suatu teori jadi pada bagian isi hanya terdapat: teori, pengukuran dan analisa. Laporan tugas akhir biasanya terkait dengan pembuatan suatu alat, jadi pada bagian isi terdapat: teori, perancangan, realisasi, hasil dan analisa. Laporan Seminar terkait dengan pengungkapan hal-hal baru jadi pada bagian isi lebih kearah metodologi pembuktian temuan baru tersebut. Laporan kerja lapangan isinya melaporkan apa yang didapat dilapangan dan ini lebih bervariasi tergantung dari topik yang diberikan kepada kita. Ada yang mendapat topik tentang riset, ada yang tentang perawatan instalasi, ada yang bersifat produksi.

II.2.1 Judul

Judul mencerminkan gambaran singkat tentang apa yang kita kerjakan dalam penelitian. Dari judul, seorang pembaca diharapkan dapat dengan cepat memutuskan apakah tulisan ilmiah ini sesuai dengan yang dicarinya atau tidak. Ada hubungan terbalik antara panjang judul dan panjang tulisan. Semakin panjang judul, semakin pendek tulisan begitu sebaliknya [1]. Judul yang optimal biasanya kurang lebih 15 kata dan mengandung unsur-unsur kata kunci karena biasanya mesin pencari kata elektronik bekerja berdasarkan judul [3]. Judul biasanya disertai dengan nama penulis dan instansi tempat kerja. Jangan habis waktu diawal penulisan pada penentuan judul, buat saja judul kasar terlebih dahulu. Penulis akan lebih banyak ide akan judul definitif bila tulisan telah rampung.

II.2.2 Abstrak

Abstrak merupakan intisari dari sebuah karya tulis ilmiah. Abstrak harus mencerminkan gambaran singkat tentang apa yang kita kerjakan dalam penelitian sedikit lebih rinci dari judul. Seperti halnya judul, pembaca diharapkan dapat dengan cepat memutuskan apakah tulisan ilmiah ini sesuai dengan yang dicarinya atau tidak. Abstrak biasanya tidak lebih dari 400 kata. Abstrak sebaiknya dibuat setelah tulisan keseluruhan rampung.

II.2.3 Ringkasan

Berbeda dengan abstrak, ringkasan merupakan hasil pemadatan dari sebuah tulisan ilmiah dimana didalamnya masih kita kenali semua unsur dasar bahan pembentuk tulisan ilmiah [1]. Ringkasan lebih panjang dari abstrak biasanya sekitar satu halaman. Seperti halnya abstrak, ringkasan sebaiknya dibuat setelah tulisan keseluruhan rampung. Biasanya ringkasan terdapat pada laporan ilmiah, laporan tugas akhir, thesis tapi tidak terdapat pada paper publikasi.

II.2.4 Pendahuluan

Pendahuluan merupakan bagian pembuka sebuah tulisan ilmiah. Inti dari pendahuluan adalah menyampaikan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Sebelum menyampaikan tujuan harus dikemukakan terlebih dahulu latar belakang permasalahan atau penyebab dari adanya tujuan tersebut. Dengan latar belakang dan tujuan tersebut sudah cukup bagi kita untuk membuat pendahuluan. Namun tidak ada salahnya ditambahkan dengan batasan masalah dan organisasi tulisan. Tujuan harus dibuat secara jelas dan jangan mengambang. Latar belakang jangan terlalu bertele-tele tapi harus singkat dan padat.
Berdasarkan pengamatan penulis, kebanyakan mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir dibuat bingung oleh adanya istilah maksud, tujuan, tujuan umum dan tujuan khusus dalam suatu pendahuluan. Kebanyakan dari mereka ketika berusaha hendak melengkapi ke 4 butir tersebut malah membuat tujuan sebenarnya jadi mengambang. Mengapa harus ada maksud dan mengapa harus ada tujuan padahal maksud dan tujuan kalau dilihat dalam kamus mengandung arti yang sama. Mereka sendiri tidak mengerti apa yang yang seharusnya mereka tulis dan mana yang seharusnya jadi prioritas.
Biasanya tujuan umum diisi dengan tujuan akademis misalnya “-Sebagai syarat untuk mendapatkan diploma” sedangkan tujuan khusus diisi dengan tujuan teknis misalnya “-Untuk membuat sistem komunikasi data handal”. Penulis pernah terkejut ketika menemukan suatu tugas akhir dimana pada pendahuluannya hanya diisi dengan tujuan akademis dan tidak sama sekali mencantumkan tujuan teknisnya. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut tidak mengerti dengan apa yang harus ditulis dan diprioritaskan pada pendahuluan. Padahal seorang pembaca yang baik biasanya selalu ingin tahu apa yang menjadi tujuan teknis (tujuan khusus) dan bukan tujuan umumnya.
Jadi sekali lagi dalam membuat pendahuluan, berkonsentrasilah terlebih dahulu hanya pada latar belakang permasalahan dan tujuan (tujuan teknis)-nya. Kembangkan beberapa tujuan inti menjadi beberapa sub-tujuan. Sebaiknya tujuan harus sudah terdefinisi sejak awal kita mulai melakukan penelitian dan berpeganglah secara konsisten pada tujuan ini. Mengapa demikian, karena bila tujuan ini kita pegang secara konsisten sejak awal, ini nantinya akan sangat bermanfaat sebagai tolok ukur dalam membuat kesimpulan. Lebih lanjut mengenai kesimpulan akan dijelaskan pada paragraf berikutnya.

II.2.5 Landasan teori (Literatur review)

Landasan teori biasanya berisi studi literatur tentang berbagai macam metoda yang ada. Ini bertujuan untuk mendukung dan memvalidasi metoda yang kita gunakan dalam penelitian. Disinilah tempatnya kita membuktikan kepada pembaca bahwa kita mengetahui sampai dimana kemajuan (State-of-the-art) dari bidang yang akan kita tekuni. Disini setidaknya kita membuktikan bahwa metoda yang kita gunakan merupakan pengembangan (kalau tidak bisa dikatakan metoda baru). Disinilah sebagian besar kutipan-kutipan tulisan ilmiah ditempatkan. Adapun cara mengutip atau mereferensikan sebuah pustaka dapat dilihat pada bagian daftar pustaka.
Bila kita menjalani bagian ini secara antusias, kita akan menyadari bahwa setiap apa yang kita anggap ide baru ternyata sudah ada yang mengembangkan lebih dulu. Semakin kita intensif dalam melakukan pencarian semakin kita sadar bahwa menemukan sesuatu yang baru itu sulit, begitulah yang penulis alami. Tapi dari situ sebagai peneliti yang baik akan semakin tertantang untuk dapat menemukan sesuatu. Jangan putus asa akan hal ini, tekuni dan jalani tahap ini, niscaya suatu saat akan terkuak celah dimana kita akan muncul ke permukaan. Disaat inilah kita akan sadar bahwasanya dunia ini sangat luas dan masih banyak hal-hal baru yang dapat kita temukan.
Berapa banyak jumlah literatur yang dapat dijadikan referensi?. Tergantung dari topik, jumlah literatur yang dapat dijadikan referensi bisa bervariasi antara 10 sampai 200 referensi [13].

II.2.6 Metodologi

Metodologi membahas mengenai uraian kita akan usaha-usaha untuk mendapatkan hasil. Dalam metodologi ini kita tidak perlu lagi menceritakan tentang metoda orang lain, tapi disini kita benar-benar hanya menceritakan tentang metoda kita. Kita dapat menceritakan metoda lain namun hanya sebatas pada perbandingan saja. Semua langkah-langkah ini harus diuraikan secara saintifik penuh dengan argumentasi ilmiah. Dalam pembahasan jangan gunakan metoda descriptif tapi gunakan metoda analisis.

II.2.7 Hasil

Pada bagian ini diberikan hasil apa adanya sesuai dengan kenyataan. Bila hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan jangan lalu menutup-nutupi kelemahan ini tapi coba berikan ulasan dalam bagian diskusi (bisa dalam bab terpisah). Hasil dan diskusi biasanya sangat sering dikombinasikan pada thesis [11].

II.2.8 Kesimpulan

Kesimpulan sangat berhubungan erat dengan apa yang menjadi tujuan pada penduhuluan [4]. Mungkin tidak seperti yang kita bayangkan bahwa sebenarnya bagian tersulit dari sebuah karya ilmiah bukan pada isi tapi justru pada pendahuluan dan kesimpulan [5]. Pernyataan ini sangat tepat karena memang hal inilah yang penulis rasakan pada saat menulis paper. Alasan mengapa pendahuluan dan kesimpulan merupakan bagian tersulit adalah karena pendahuluan dan kesimpulan merupakan bagian yang paling didahulukan oleh pembaca, disamping abstrak dan ringkasan tentunya (lihat tabel statistik peluang dibacanya bagian-bagian tulisan ilmiah) karena disitu menggambarkan tentang rencana/ide kita dan sampai dimana tingkat keberhasilan rencana/ide tersebut. Biasanya pembaca baru akan tertarik membaca bila pendahuluan dan kesimpulan sudah berkenan dihatinya. Oleh karena itu pendahuluan dan kesimpulan harus dapat menonjolkan karya kita dan menarik perhatian pembaca untuk tidak sekedar membaca tapi juga untuk dapat melanjutkan penelitian tersebut. Bagi mereka yang sudah terbiasa menulis karya ilmiah tentunya tidak akan menganggap remeh bagian ini.
Untuk dapat membuat kesimpulan yang baik dan benar caranya sangat mudah. Cobalah kita kembali dulu ke bagian pendahuluan dan lihat apa yang menjadi tujuan-tujuan kita semula [10]. Simpulkan satu persatu butir-butir tujuan berdasarkan hasil yang telah dicapai. Bila pada butir tersebut ada bagian yang tidak sempat dikerjakan atau tidak berhasil maka berterus-teranglah. Disinilah kesempatan bagi kita untuk memberikan alasan dan saran. Berjiwa besarlah dengan kegagalan tersebut dan janganlah sekali-kali menghapuskan butir tujuan yang gagal tersebut hanya karena malu. Menceritakan kegagalan yang nyata dengan segala argumentasinya jauh lebih baik dari pada menceritakan keberhasilan fiktif. Itulah sebabnya mengapa penulis mengatakan bahwa tujuan awal harus dipegang secara konsisten. Pada contoh dapat kita lihat bahwa butir 4 pada tujuan tidak berhasil didapatkan, tapi penulis tetap konsisten dengan mempertahankan tujuan tersebut dan memberikan alasan kegagalan tersebut.
Dari pengamatan penulis masih banyak peneliti atau mahasiswa dalam laporan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan dari permasalahan sulit yang telah berhasil dipecahkan pada saat proses penelitian. Padahal hasil tersebut bukan merupakan tujuan utama yang dicari. Pada contoh misalnya butir 1 kesimpulan diganti dengan M=N-c+b.



Statistik peluang dibacanya bagian-bagian pembentuk tulisan ilmiah [1]:

Judul                                                                                 100%
Ringkasan                                                                       100%
Abstrak                                                                            80%
Kesimpulan                                                                     80%
Pendahuluan                                                                  60%
Isi                                                                                      15%
Lampiran                                                                        10%



II.2.9 Daftar pustaka

Daftar pustaka merupakan suatu daftar yang berisi sumber informasi yang kita pakai dalam memperkuat argumentasi kita. Sumber informasi ini biasanya sesuatu yang sudah pernah dipublikasikan dan dibaca masyarakat luas baik dalam bentuk buku, paper, artikel dalam jurnal dan proceeding, dan lain-lain. Sumber informasi ini harus relevan terhadap tulisan kita, terdapat dalam jumlah yang cukup, berasal dari sumber yang sudah dikenal (memiliki nomor ISSN dan ISBN) dan relatif masih baru.
Adalah kebohongan besar jika ada orang menganggap dirinyalah yang mengetahui segala-galanya. Dalam sejarah belum pernah seorangpun tercatat berhasil membuat sebuah karya ilmiah tanpa bantuan dari siapapun. Oleh karena itu salah satu ketentuan dalam tulis-menulis atau penyusunan naskah menyangkut penyebutan sumber [1][12]. Penyebutan sumber pustaka bertujuan untuk menghindari dari usaha penjiplakan karya ilmiah dan supaya memungkinkan pembaca untuk dapat menelusuri dan membuktikan argumentasi yang dikutip.
Apa yang bisa direferensikan? Hal-hal yang kita kutip dapat berupa pernyataan, analisa, teori, metoda, rumus, data, gambar, grafik dan lain-lain yang dapat mendukung argumentasi kita.
Bagaimanakah cara kita mereferensi? Mereferensi sebenarnya hanyalah membuat link (hubungan) antara pernyataan yang dikutip dengan sebuah referensi dalam daftar pustaka yang telah disusun. Berilah tanda [ ] diakhir pernyataan yang dikutip dimana didalam tanda tersebut diberi nomor referensi yang terdapat dalam daftar pustaka (lihat contoh).
Banyak cara dan gaya (style) dalam membuat referensi misalnya:
-MLA (Modern Language Association): biasanya digunakan untuk bidang seni dan bisnis.
-APA (American Psychological Association): biasanya digunakan di bidang sosial sains.
-ASR, CBE, dan lain-lain.
-Untuk bidang elektroteknik kita dapat mengacu pada standard IEEE seperti contoh berikut:

[1] E. Mozef, S. Weber, J. Jaber, and E. Tisserand. Parallel architecture dedicated to connected component analysis, IAPR-IEEE 13th International Conference on Pattern Recognition, IEEE Computer Society Press, Vienna, Austria, August 96, pp. 699-703.

Penulisan indeks referensi ada pula yang langsung dengan angka (tanpa tanda []), tapi hal ini setelah penulis analisa ternyata tidak fleksibel, mengapa?. Karena dalam membuat laporan seringkali kita ingin mengubah urutan, menyisipkan atau mengurangi referensi. Hal ini akan menjadi masalah karena kita berarti harus menyesuaikan lagi urutan yang telah kita buat. Bila penulisan laporan masih sedikit tidak masalah, ini bisa dilakukan secara manual, namun bila jumlah halaman sudah cukup tebal maka pengesuaian urutan ini akan memakan waktu belum lagi terjadi resiko salah pengurutan. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan metoda “Caption” dan “Cross-reference” pada menu “Insert” yang tersedia pada Microsoft Word (dengan asumsi 99,9% pelajar di Indonesia menggunakan software ini!). Namun cara ini menuntut adanya minimal 1 karakter simbol untuk dapat di-capture atau dikenali dan sebaiknya jangan angka. Dengan menggunakan simbol “[“ untuk dijadikan parameter pada proses caption, maka secara otomatis angka 1 akan muncul disampingnya dan untuk proses caption berikutnya angka ini akan ter-incrementasi secara otomatis. Yang menarik dari penggunaan caption ini kita dapat mengeluarkan link-nya pada kalimat dihalaman manapun dilaporan. Misalnya pada kalimat “…..metoda arsitektur paralel ini dapat dilihat pada [1] ……….”. Nah pemberian tanda [1] dapat melalui menu “Cross-reference” yang dimaksud diatas. Sehingga antara daftar pustaka dan kalimat terjadi link. Akibatnya bila kita ingin mengubah urutan, menyisipkan atau mengurangi referensi secara otomatis seluruh kalimat yang ter-link pada daftar pustaka ini urutannya akan ter-up-date dan proses ini tidak pernah salah!!!. Mungkin jangan kaget bila belum ter-up-date saat itu. Tapi bila kita mencoba menutup file kemudian membukanya kembali niscaya laporan kita akan ter-up-date atau bila kita mencoba untuk mencetak pada printer maka akan langsung ter-up-date juga. Cara ini dapat juga dipergunakan untuk membuat link antara gambar/tabel dan lain-lain dengan kalimat.

Diluar negeri, buku dan majalah-majalah ilmiah sangat mudah diperoleh melalui perpustakaan-perpustakaan. Bahkan bila informasi yang kita cari terdapat diujung dunia sekalipun, perpustakaan akan selalu siap membantu mencarikannya dalam waktu yang relatif singkat dan dengan biaya yang relatif murah. Di Indonesia tidaklah demikian halnya. Mencari informasi merupakan sesuatu yang mahal dan pemborosan waktu. Hal ini membuat peneliti-peneliti di Indonesia tidak dapat memberikan acuan yang baik dalam membuat karya ilmiah. Namun begitu, kita jangan berkecil hati, karena ada kabar gembira. Saat ini Internet yang merupakan sumber informasi terbesar didunia dan yang informasinya dapat diakses secara cepat dan murah sudah dapat dijadikan acuan. Salah satu contoh pengutipan referensi di Internet adalah sebagai berikut:

[2] W. Cleveland and C. Loader. Smoothing by local regression: Principles and methods. Technical report, AT&T Bell Laboratories, 1995. Available as 95.3.ps in http://netlib/att/stat/doc.

Untuk lebih rincinya mengenai berbagai macam standard style ini dan cara penulisan referensi dapat dilihat pada [6], [7], [8] dan [9].
Bagaimana dengan “Footnote”? Sebaiknya tidak menggunakan Footnote atau catatan pada bagian bawah halaman sebagai tempat untuk membuat daftar pustaka. Pengutipan suatu pernyataan dari sumber yang sama bisa terdapat di halaman yang berbeda pada tulisan kita sedangkan daftar pustaka biasanya memuat puluhan bahkan ratusan referensi [11] sehingga referensi-referensi tersebut jadi tersebar dibeberapa halaman yang mana akan mengurangi konfortabilitas pembaca. Biasanya footnote diperlukan untuk menerangkan suatu definisi atau istilah yang mana kalau diterangkan didalam kalimat induknya akan mengaburkan inti dari kalimat tersebut.




Contoh sederhana untuk mengerti cara membuat tulisan ilmiah secara cepat. Pada contoh ini dapat kita lihat hubungan antara tujuan, landasan teori, metodologi, hasil, kesimpulan dan daftar pustaka.

Tujuan
                1). Mencari harga Y fungsi dari a
                2). Mencari koefisien k1 pada persamaan Y
3). Mencari koefisien k2 pada persamaan Y
                4). Mencari harga Y fungsi dari d

Landasan teori (Literatur review)
                Y=M*N (dari referensi [1])
                M=a+b (dari referensi [2])
                N=a+c (dari referensi [3])

Metodologi
                Y=M*N
                   =(a+b)*(a+c)
                   = a2+a(b+c)+b*c

Hasil
                Y= a2+a(b+c)+b*c

Kesimpulan
                1) Harga Y fungsi dari a telah berhasil dirumuskan yaitu Y= a2+ak1+ k2.
                2) Harga koefisien k1 telah berhasil didapatkan yaitu k1=b+c.
                3) Begitupun dengan koefisien k2 yaitu k2=bc.
                4) Adapun harga Y fungsi dari d belum berhasil kami dapatkan karena sulitnya mendapatkan hubungan antara Y dan d itu sendiri dan belum terdapatnya literatur yang membahas hal ini. Sebaiknya disarankan untuk …..

Daftar pustaka
[1] Nama. Mencari harga Y fungsi dari M dan N, Nama jurnal, Kota, Negara, Tgl terbit, Hal.
[2] Nama. Mencari harga M fungsi dari a dan b, Nama jurnal, Kota, Negara, Tgl terbit, Hal.
[3] Nama. Mencari harga N fungsi dari a dan c, Nama jurnal, Kota, Negara, Tgl terbit, Hal.



II.2.10 Lampiran

Lampiran umumnya diberikan dalam laporan tugas akhir, disertasi atau thesis. Lampiran biasanya memuat listing program, datasheet, manual cara kerja alat, dan lain-lain.



III. Kesimpulan


Pada makalah ini telah dibahas suatu metoda sederhana untuk penulisan ilmiah namun efektif dan efisien. Metoda ini didasari atas berbagai sumber informasi maupun pengalaman penulis pribadi. Referensi tentang penulisan ilmiah di Indonesia sangat terbatas. Namun bagi mereka yang tertarik untuk lebih memperdalam tata cara penulisan ilmiah ini disarankan mencari sumber informasi lain misalnya melalui Internet. Dengan menggunakan mesin pencari kata “Yahoo” atau yang lainnya dengan kata kunci “How to write research papers” misalnya, kita bisa mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya di bidang ini.

IV. Daftar pustaka


[1]        M. Purbo-Hadiwidjoyo, Menyusun Laporan Teknik, Penerbit ITB, Bandung, 1993.
[2]        S. Soeseno, Teknik Penulisan Ilmiah-Populer, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 1980
[3]        Rudner, M Lawrence, and W. Schafer, How to Write a scholarly Research Report, Practical Assessment Research & Evaluation [Online]. Available: http://ericae.net/pare/getvn.asp?v=6&n=13
[4]        How to write Good Term Papers, How to Get Better Grades in College, AdviceNet [Online]. Available: http://courses.smsu.edu/mkc096f/advisenet/BETTER%20GRADES/papers.html
[5]        K. Lertzman, and S. Fraser, Notes on Writing Papers and Theses [Online]. Available: http://aerg.canberra.edu.au/pub/aerg/edulertz.htm
[6]        Harvard Referencing, Curtin Library and Information Service [Online]. Available: http://lisweb.curtin.edu.au/guides/handouts/harvard.html
[7]        Council of Science Editors-Citation style [Online]. Available: http://www.wsulibs.wsu.edu/electric/library/scientificCBE.htm
[8]        Bibliographies and Notes, St. Thomas Libraries [Online]. Available: http://www.lib.stthomas.edu/osf/depts/reference/bi/bibnotes.htm
[9]        Citing Electronic Sources in Research Papers and Bibliographies, Internet Citation Guide [Online]. Available: http://www.library.wisc.edu/libraries/Memorial/citing.htm
[10]     Tip for Effective Academic Writing [Online]. Available: http://www.yorku.ca/rosir/tips.htm
[11]     J. Wolfe, How to Write a Phd Thesis [Online]. Available: http://www.phys.unsw.edu.au/~jw/thesis.html
[12]     How to Write Term Papers, Duskin Online [Online]. Available: http://www.dushkin.com/online/study/dgen2.mhtml
[13]     Chip Klostermeyer, A guide to Thesis Preparation for Computer Science Graduade Students at WYU, Guide to Thesis Preparation  [Online]. Available: http://www.cs.wvu.edu/students/grad/cs-handbook/thesis.html